Mar 15, 2013

makalah ekowisata


Makalah
“Pengembangan ekowisata
 suatu daerah”
                        

                      


OLEH
Nama : Imam Nur Taufik
Nim : AEO 11144


PRODI D3 USAHA PERJALANAN WISATA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
                                                      KATA PENGANTAR 

            Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini sehingga dapat terselesaikan. Tanpa pertolongan-NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.                                                                                                                       
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui proses-prose pengembanagan ekologi pariwisata di suatu daerah tertentu yang terjadi di seitar kita yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari beberapa sumber di internet. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini berisi tentang “Proses Pengembangan Ekologi Pariwisata di Suatau Daerah” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian kami untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap duniapariwisata. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga kini bisa dibaca dan memberikan informasi tertentu pada pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

                                                                                                                            Penulis

                                                                                                                     Imam Nur Taufik



DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar………………………………………………………………………………1
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….2
BAB I
Pendahuluan
I.       Latar Belakang………………………………………………………………………3
II.    Perumusan Masalah………………………………………………………….............4
III. Pembatasan Masalah…………………………………………………………………4
IV. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………..4

BAB II
Pembahasan
I.       Pengertian Ekowisata………………………………………………………………..5
II.    Pengembangan Ekowisata…………………………………………………………...5
III. Kriteria Pengembangan Ekowisata di daerah Taman Nasional……………………..10
IV. Pengembangan Ekowisata di Daerah Pulau Kumala, Kalimantan Timur…………..16

BAB III

Penutup
I.       Kesimpulan…………………………………………………………………………19
II.    Saran………………………………………………………………………………..19

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………20



BAB I
PENDAHULUAN

I.       LATAR BELAKANG
Konsep ekowisata di dunia pertamakali diperkenalkan oleh pakar ekowisata yang telah lama menggeluti perjalanan alam, yakni Hector Ceballos dan Lascurain (1987). Kemudian, The Ecotourism Society pada 1993 menyempurnakan konsep ekowisata dengan mendefinisikan sebagai suatu perjalanan bertanggungjawab pada lingkungan alami yang mendukung konservasi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.
Pada dasarnya ekowisata merupakan perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Sementara itu, menurut kamus bahasa, ekowisata merupakan bentuk kegiatan pariwisata yang memperhatikan atau sejalan dengan kegiatan konservasi.
Secara ekonomi, pengembangan ekowisata atau bisa juga disebut sebagai pariwisata alam, harus dapat memberi keuntungan bagi penyelenggaranya atau devisa bagi negara yang memiliki dan mengembangkan ekowisata. Di berbagai negara seperti Nepal, Brazil, Costa Rica, Zimbabwe dan negara-negara di Afrika, saat ini mengandalkan ekowisata sebagai penghasil devisa. Indonesia pun bisa melakukan hal serupa, sehingga di kemudian hari ekowisata dapat menyumbangkan devisa yang lebih besar lagi.
Potensi Indonesia => Indonesia sebagai salah satu negara megabiodeversiti atau memiliki berbagai keanekaragaman hayati dan didukung keindahan alamnya yang mempesona, serta memiliki beranekaragam budaya, berpeluang sangat besar untuk mengandalkan pariwisata alam (ekowisata) sebagai sumber devisa. 
Dengan pengelolaan yang terpadu, ekowisata berpotensi untuk menggerakkan ekonomi nasional dan mensejahterakan rakyat di sekitar kawasan yang dikembangkan sebagai pariwisata alam.




II.    PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan dubahas dalam makalah ini yaitu :
1.      Apakah pengertian dari ekowisata ?
2.      Apakah pengertian dari pengembangan ekologi pariwisata ?
3.      Bagaimana proses-proses pengembangan ekologi pariwisata di daerah ?
4.      Bagaimana proses pengembangan ekologi pariwisata di Taman Nasional ?
5.      Bagaimana proses pengembangan ekologi pariwisata di daerah pulai Kumala, Kaimantan Timur ?

III.   PEMBATASAN MASLAH
 Agar materi yang akan dibahas dalam makalah ini tidak tumpang tindih dan pembahasannya tidak keluar dari judul makalah maka batasan-batasan masalah yang akan dibahas sesuai dengan rumusan masalah diatas yaitu :
1.      Pengertian dari Ekowisata.
2.      Pengertian dari pengembangan ekologi pariwisata.
3.      Proses/tahapan pengembangan ekowisata.
4.      Proses pengembangan ekowisata di Taman Nasional.
5.      Proses Pengembangan ekowisata di daerah pulau Kumala, Kalimantan Timur.

IV.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar pembaca dapat memahami :
1.      Pengertian dari Ekowisata.
2.      Pengertian dari pengembangan ekologi pariwisata.
3.      Proses/tahapan pengembangan ekowisata.
4.      Proses pengembangan ekowisata di Taman Nasional.
5.      Proses Pengembangan ekowisata di daerah pulau Kumala, Kalimantan Timur.




BAB II
PEMBAHASAN

I.       PENGERTIAN/DEFINISI EKOWISATA
      ekowisata dapat didifinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatnkan kesejahtraan masyarakat setempat.

II.    PENGEMBANGAN EKOLOGI PARIWISATA
      Secara konseptul  pengembangan ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaanya.
A.    Unsur-unsur Pengembangan Ekowisata
Pengembangan ekowisata sangat dipengaruhi oleh keberadaan unsur-unsur yang harus ada dalam pengembangan itu sendiri, yaitu:
1.      Sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya
Kekayaan keanekaragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa pasar ekowisata sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk pengembangan ekowisata. Ekowisata juga memberikan peluang yang sangat besar untuk mempromosikan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia di tingkat internasional, nasional maupun lokal.

2.      Masyarakat
            Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta daya tarik wisata kawasan dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.
  1. Pendidikan
                Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan masyarakat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.
  2. Pasar
                Kenyataan memperlihatkan kecendrungan meningkatnya permintaan terhadap produk ekowisata baik di tingkat internasional dan nasional. Hal ini disebabkan meningkatnya promosi yang mendorong orang untuk berperilaku positif terhadap alam dan berkeinginan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami agar dapat meningkatkan kesadaran, penghargaan dan kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai sejarah dan budaya setempat.
  3. Ekonomi
                Ekowisata memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non ekstraktif, sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata mewujudkan ekonomi berkelanjutan.
  4. Kelembagaan
                Pengembangan ekowisata pada mulanya lebih banyak dimotori oleh Lembaga Swadaya Masyarakat, pengabdi masyarakat dan lingkungan. Hal ini lebih banyak didasarkan pada komitmen terhadap upaya pelestarian lingkungan, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Namun kadang kala komitmen tersebut tidak disertai dengan pengelolaan yang baik dan profesional, sehingga tidak sedikit kawasan ekowisata yang hanya bertahan sesaat. Sementara pengusaha swasta belum banyak yang tertarik menggarap bidang ini, karena usaha seperti ini dapat dikatakan masih relatif baru dan kurang diminati karena harus memperhitungkan social cost dan ecological-cost dalam pengembangannya.
      Masalah yang mendasar adalah bagaimana membangun pengusaha yang berjiwa pengabdi masyarakat dan lingkungan atau lembaga pengabdi masyarakat yang berjiwa pengusaha yang berwawasan lingkungan. Pilihan kedua, yaitu mengembangkan lembaga pengabdi masyarakat yang berjiwa pengusaha berwawasan lingkungan dilihat lebih memungkinkan, dengan cara memberikan pelatihan manajemen dan profesionalisme usaha. Untuk hal ini diperlukan bentuk kerja sama dan kemitraan yang nyata yang bersifat lintas sektor, baik ditingkat lokal, nasional, bahkan jika memungkinkan tingkat internasional, secara sinergis saling menguntungkan, tidak bersifat eksploitatif, adil dan transparan dengan pembagian tugas yang jelas.
Aktualisasi dari kerja sama ini, juga dimungkinkan bagi daerah yang akan mengembangkan Daerah Tujuan Ekowisata dengan memanfaatkan potensi Taman Wisata Alam dan Taman Nasional yang ada di wilayahnya. Pemerintah daerah setempat dapat memprakarsai pembentukan suata “Badan” (“board”) yang akan mengelola ekowisata secara profesional.
B.     Prinsip-Prinsip Pengembangan Ekowisata
Dalam pengembangan ekowisata perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
  1. Konservasi
o    Pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak sumber daya alam itu sendiri.
o    Relatif tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kegiatannya bersifat ramah lingkungan.
o    Dapat dijadikan sumber dana yang besar untuk membiayai pembangunan konservasi.
o    Dapat memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari.
o    Meningkatkan daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk berperan serta dalam program konservasi. Mendukung upaya pengawetan jenis.
  1. Pendidikan
                Meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

  1. Ekonomi
o    Dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat.
o    Dapat memacu pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal, regional mapun nasional.
o    Dapat menjamin kesinambungan usaha.
o    Dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh kabupaten/kota, propinsi bahkan nasional.
  1. Peran Aktif Masyarakat
o    Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat
o    Pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak proses perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi.
o    Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata.
o    Memperhatikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar tidak terjadi benturan kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat.
o    Menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar kawasan.
  1. Wisata
o    Menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan bagi pengunjung.
o    Kesempatan menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai fungsi konservasi.
o    Memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan.
o    Memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengunjung.

C.    Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati
            Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain:

  1. Aspek Pencegahan
Menguragi dampak negatif dari kegiatan ekowisata dengan cara:
·         Pemilihan lokasi yang tepat (menggunakan pendekatan tata ruang)
·         Rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.
·         Rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai denan daya dukung kawasan dan kerentanan.
·         Merubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekoturisme (tour operator) serta wisatawan itu sendiri.
·         Memilih Segmen Pasar yang sesuai.
  1. Aspek Penanggulangan
·         Menyeleksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung yang diperkenankan dan minat kegiatan yang diperkenankan (control of visitor).
·         Menentukan waktu kunjungan
·         Mengembangkan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan, penyediaan fasilitas) melalui pengembangan sumber daya manusia, peningkatan nilai estitika serta kemudahan akses kepada fasilitas.
  1. Aspek Pemulihan
·         Menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata untuk pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan.
·         Peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata.





III.    PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH TAMAN NASIONAL
            Kriteria Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati di Taman Nasional dan Taman Wisata Alam yaitu :
A.    Tahap Perencanaan
                                                                                                                      
            Perencanaan merupakan tahap awal dari pengembangan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Antisipasi dan regulasi dari peubahan yang akan terjadi dalam suatu sistem yang akan dikembangkan, dirancang atau disusun dalam perencanaan. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa pengembangan dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi setiap pelakunya. Proses perencanaan diharapkan terpadu, melibatkan semua pihak dan mengacu kepada rencana pengembangan lokal, regional dan nasional.                                                                                                                                   
            Adapun kriteria yang perlu diperhatikan pada tahap perencanaan ini meliputi:
1.      Rencana pengembangan ekowisata harus mengacu pada rencana pengelolaan kawasan.                                                                                                                              
Rencana pengelolaan kawasan merupakan panduan tertulis pengelolaan habitat, kegiatan, peruntuka kawasan, pengorganisasian dan monitoring dalam rangka menjamin kelestarian fungsi kawasan. Pengembangan ekowisata yang merupakan salah satu kegiatan yang diperkenankan untuk dilakukan didalam kawasan taman nasional dan taman wisata alam, dengan demikian harus sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.
Indikator:
Rencana pengembangan ekowisata sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan.

2.      Memperhatikan kondisi ekologi/lingkungan.
           Alam merupakan modal dasar penyelenggaraan ekowisata, untuk itu kriteria terhadap aspek ini menjadi sangat penting agar kegiatan ekowisata tidak menimbulkan dampak yang merusak kawasan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam serta lingkungan sekitarnya.


Yang harus diperhatikan adalah:
·         Rona awal kondisi fisik, kimia, biologi dan wilayah yang akan dkembangkan menjadi obyek wisata.
·         Perilaku satwa; ekowisata yang akan dikembangkan tidak akan merubah perilaku satwa.
·         Perencanaan sarana dan prasarana harus direncanakan dengan seting alam setempat dan tidak memotong lintasan satwa/jalur satwa.
Indikator:
·         Telah melakukan survey pendahuluan terhadap potensi keanekaragaman hayati.
·         Rencana pengembangan ekowisata sesuai dengan hasil survey pendahuluan.

3.      Memperhatikan daya tarik, keunikan alam dan prospek pemasaran daya tarik tersebut.
Pengemasan produk dan pemilihan obyek yang merupakan ciri khas dan daya tarik suatu wilayah pengembangan ekowisata harus terencana dengan baik dan variatif.
 Indikator:
·         Telah melakukan survey pendahuluan terhadap potensi budaya dan tradisi setempat serta melakukan struktur ekonomi masyarakat setempat.
·         Rencana pengembangan ekowisata didasarkan pada survey pendahuluan.

4.      Memperhatikan kondisi sosial, budaya dan ekonomi.
         Pengetahuan tentang alam dan budaya serta daya tarik suatu wilayah dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu keterlibatan masyarakat pada tahap perencanaan akan sangat berpengaruh untuk keberlanjutan obyek dimaksud. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, masyarakat akan merasa memiliki obyek ekowisata tersebut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi:
·         Kegiatan ekowisata harus mampu memberdayakan masyarakat sekitar.
·         Memperhatikan rona awal sosial, budaya dan ekonomi dari wilayah yang akan dikembangkan menjadi obyek.
·         Membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi masyarakat sekitar.
·         Merangsang/memotivator pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.
              Indikator:
·         Telah melakukan survey awal terhadap permintaan pasar.
·         Telah melakukan perhitungan nilai ekonomi dari prospek pengembangan ekowisata.
·         Rencana pengembangan sesuai dengan hasil survey.

5.      Tata Ruang
        Kegiatan yang direncanakan harus memperhatikan tingkat pemanfaatan ruang dan daya dukung ruang yang tersedia bagi pengunjung, serta fasilitas umum yang memadai.
 Yang harus diperhatikan:
·         Kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan sistem pemintakatan (zonasi). Perencanaan pembangunan wilayah setempat; ekowisata yang akan dikembangkan harus terintegrasi dengan pembangunan wilayah setempat.
Indikator:
Rencana pengembangan ekowisata sesuai dengan rencana tata ruang wilayah propinsi/kabupaten/kota.

6.      Melakukan analisis potensi dan hambatan yang meliputi analisis terhadap potensi sumberdaya dan keunikan alam, analisis usaha, analisis dampak lingkungan, analisis ekonomi (cost & benefit), analisis sosial dan analisis pemanfaatan ruang.
     Indikator:
         Telah melakukan analisis potensi dan hambatan yang meliputi analisis terhadap potensi sumberdaya dan keunikan alam, analisis usaha, analisis dampak lingkungan, analisis ekonomi (cost & benefit), analisis sosial dan analisis pemanfaatan ruang.


7.      Menyusun Action Plan/Rancang Tindak Terintegrasi atas dasar analisis yang telah dilakukan.
      Indikator:
                  Telah menyusun Action Plan/Rancang Tindak Terintegrasi atas dasar analisis yang telah dilakukan. 
8.      Melakukan Public Hearing/Konsultasi Publik terhadap rencana yang akan dikembangkan.
Indikator:
        Telah melakukan public hearing/konsultasi publik terhadap rencana yang akan dikembangkan.

B.     Tahap Pelaksanaan

         Pengelolaan suatu obyek wisata di kawasan taman nasional dan taman wisata alam merupakan bagian dari strategi perlindungan alam. Dengan demikian, pengelolaan yang akan diterapkan harus sejalan dengan tujuan pengelolaan suatu kawasan konservasi. Kriteria yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1.      Mengelola obyek daerah tujuan ekowisata
         Mengelola jumlah dan distribusi pengunjung serta mengatur periode kunjungan sesuai dengan daya dukung kawasan serta perilaku satwa.
Indikator:
·         Jumlah pengunjung sesuai dengan daya dukung kawasan dan periode kunjungan.
·         Tidak terjadi perubahan perilaku satwa.
·         Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan kegiatan yang bersifat ramah lingkungan.
2.      Pengembangan ekowisata harus mengikuti penetapan zonasi kawasan (hanya boleh dilakukan dalam zona pemanfaatan atau peruntukan kawasan).
Indikator:
Pengembanga ekowisata dilakukan pada zona yang diperkenankan.
3.      Mengembangkan bisnis wisata
Melakukan pemasaran secara proporsional dan menjalin jejaring kerja (networking) dengan pasar regional, nasional dan internasional.
Indikator:
Pemasaran sudah tersebar di pasar regional, nasional dan internasional.
4.      Mengembangkan produk-produk yang lebih bervariatif.
Indikator:
Terdapat banyak alternatif produk wisata.
5.      Meningkatkan perlindungan terhadap konsumen.
Indikator:
Pengunjung merasa nyaman dan aman.
6.      Membangun Kemitraan
         Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat, pengusaha dan pemerintah daerah dalam pengembangan obyek ekowisata.
Indikator:
·         Tidak timbul keresahan di daerah.
·         Melibatkan setiap stakeholder dalam menyusun kode etik.
7.      Sumber Daya Manusia
         Meningkatkan kapasitas bagi pengelola dan pemandu serta masyarakat melalui pelatihan-pelatihan.
Indikator:
Tersedianya pengelola dan pemandu yang profesional.


C.    Tahap Monitoring Dan Evaluasi

            Setelah tahap perencanaan dan pelaksanaan dilakukan secara taat dan konsisten, maka kriteria selanjutnya yang harus diperhatikan adalah Tahap Monitoring dan Evaluasi. Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara periodik dan berkesinambungan pada masing-masing tahap kegiatan. Evaluasi merupakan umpan balik bagi tindakan atau rencana selanjutnya. Kriteria yang harus diperhatikan dalam tahapan monitoring dan evaluasi adalah:

  1. Melakukan monitoring secara terintegrasi.
Indikator:
            Monitor dilakukan secara terpadu lintas sektor antara Pemerintah Daerah, Pemangku Kawasan dan Masyarakat dengan mengembangkan sisem dan prosedur monitoring yang disepakati dan disesuaikan kondisi setempat. 
  1. Melakukan evaluasi terhadap setiap tahapan pelaksanaan.
Indikator:
·         Terdapat jadwal (schedule) monitoring dan evaluasi.
·         Memeriksa kembali apakah pelaksanaan telah sesuai dengan Rancang Tindak yang telah disepakati bersama.
·         Melakukan langkah/aksi bila terjadi penyimpangan kearah yang tidak menguntungkan baik untuk kawasan itu sendiri atau wilayah setempat secara umum, pengelola maupun masyarakat.
·         Melakukan perancangan ulang (re-design) secara terintegrasi apabila Rencana Tindak yang telah disusun pada saat perencanaan, karena satu dan lain hal menjadi tidak layak lagi diterapkan di lapangan (misal karena adanya perubahan kebijakan di daerah atau nasional yang membuat suatu langkah tindak tidak sesuai lagi).








IV.             PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH PULAU KUMALA

A.    Peluang dan Tantangan
Saat ini, Pemda-Pemda mulai mengembangkan ekowisata dengan mengangkat potensi sumberdaya alam yang dimilikinya. Seperti halnya Pemda Kutai Kartanegara, Kaltim, yang telah mengembangkan kawasan-kawasan pariwisata alam. Selain mengembangkan sumberdaya hutan yang dimiliki, seperti hutan lebat di Bukit Bangkirai, keberadaan ikan pesut Mahakam yang merupakan binatang langka, keindahan danau-danau yang ada di daerah itu, Pemda Kutai Kartanegara kini tengah mengembangkan kawasan wisata Pulau Kumala. 
Di kawasan wisata Pulau Kemala ini, masyarakat dapat menikmati sajian berbagai sarana hiburan mulai dari permainan anak-anak hingga kereta gantung seperti halnya yang ada di Taman Mini Jakarta. Para pengunjung juga dapat bermalam di cottage yang ada di pulau tersebut. Dengan adanya kawasan wisata, masyarakat Kutai Kartanegara dan daerah-daerah di daerah Kaltim tidak perlu jauh-jauh ke Taman Mini hanya untuk naik kereta gantung atau ke kawasan Ancol Jakarta untuk menikmati jet coaster. Semua sudah ada di Pulau Kumala.
Bupati Kutai Kartanegara, Drs. H. Syaukani HR.MM, mengatakan, untuk mendukung pengembangan pariwisata di daerahnya, Pemda Kutai Kartanegara terus berusaha membangun sarana dan prasarana pendukungnya. Misalnya, transportasi dan pendukung pariwisata lain seperti hotel, mencuupi kebutuhan listrik, air dan lain-lain.
Kutai Kartanegara ini sebelumnya kota tidur. Kemudian pemerintah daerah setempat membangunkannya dengan mengembangkan semua potensi yang ada, termasuk mengembangkan ekowista. Selain Kutai Kartanegara, banyak Pemda yang mengembangkan ekowisata seperti Kabupaten Kutai Timur. Daerah yang berdekatan dengan Kutai Kartanegara ini mengemas Taman Nasional Kutai sebagai kawasan ekowisata. 
Pengembangan kawasan Taman Nasiobal Kutai Timur, selain menjaga kelestarian hutan dan isinya juga untuk memberdayakan ekonomi masyarakat yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Kutai. 

B.  Peran Pusat dan Swasta 
Pengembangan ekowisata di daerah tidak terlepas dari dukungan pemerintah pusat dan kalangan swasta. Selain menerbitkan kebijakan yang mendukung pengembangan ekowisata, pemerintah pusat tentunya juga perlu mendukung dalam hal sarana dan prasarana.
Salah satu sarana yang vital dalam pengembangan ekowisata adalah transportasi. Tanpa transportasi yang memadai tentunya para wisatawan akan enggan datang ke lokasi-lokasi kawasan ekowisata. Jika hal ini terjadi maka keindahan hutan dan isinya akan sia-sia saja, dan akhirnya hutan itu akan habis ditebang.
Menurut staf ahli Menteri Perhubungan, Dr. Razak Manan, pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen Perhubungan, sangat mendukung pengembangan ekowisata di daearh. Upaya yang dilakukan, selanjutnya, antara lain bekerjasama dengan Pemda agar tata guna lahan disesuaikan dengan pengembangan transportasi. 
Selain itu, juga mengupayakan agar desain dan pembangunan fasilitas transportasi harmonis dengan alam, sosial budaya, dan estetika. Dalam memenuhi sarana dan prasarana untuk mengembangkan ekowisata, tentunya juga diperlukan dana yang besar. Sampai saat ini, pembiayaan pengembangan ekowisata sebagian besar dibiyaia masing-masing Pemda. Sebenarnya pihak perbankan juga bersedia menyediakan kredit bagi Pemda yang membutuhkan dana dalam pengembangan ekowisata. Hal itu itu dikatakan Direktur Utama (Dirut) Bank Mandiri, E.C.W. Neloe kepada SH yang menemuinya susai menjadi pembicara di seminar Ekowisata di Kutai Kartanegara. Neloe mengatakan, Bank Mandiri siap memberi kredit kepada Pemda untuk pembangunan di daerah, khususnya dalam membangun infrastruktur. Kita siap berikan kredit kepada Pemda, ujarnya.
      Memang, banyak hal yang harus diselesaikan dalam mengembangkan ekowisata di daerah. Namun, dengan niat menjaga alam dari kerusakan dan memberdayakan ekonomi mayarakat, pengembangan ekowisata di daerah akan mendapat dukungan dari semua pihak. Meskipun ada juga sedikit kalangan yang merasa terganggu bisnisnya bila hutan-hutan itu tak dapat ditebang lagi. Namun, seperti dikatakan orang bijak bahwa semua kegiatan usaha yang didasari niat yang baik, pasti akan menuai hasil yang baik juga. 





















BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Indonesia sebagai salah satu negara megabiodeversiti atau memiliki berbagai keanekaragaman hayati dan didukung keindahan alamnya yang mempesona, serta memiliki beranekaragam budaya, berpeluang sangat besar untuk mengandalkan pariwisata alam (ekowisata) sebagai sumber devisa. Dengan pengelolaan yang terpadu, ekowisata berpotensi untuk menggerakkan ekonomi nasional dan mensejahterakan rakyat di sekitar kawasan yang dikembangkan sebagai pariwisata alam.
Dalam pengembangan ekologi pariwisata di suatu daerah tertentu dibutuhkan kerjasama berbagai pihak untuk mendukungnya seperti pemerintah daerah dan pemertintah pusat serta masyarakat setempat yang tinggal di daerah tersebut. Peran serta pemerintah tersebut sangat dibutuhkan untuk dapat mendukung sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengembangan dan untuk mendukung fasilitas transportasi yang memadai untuk menjangkau daerah pengembangan wisata.
Dalam rangka pengembangan ekowisata di suatu daerah contohnya di Taman Nasional dan di Pulau Kumala Kalimantan Timur seperti yang telah di jelaskan di atas  diperlukan beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, serta tahap monitoring dan evaluasi. Dalam setiap tahapan tersebut memiliki beberapa point criteria yang harus dilakukan agar pengembangan ekowisata di taman nasional dan di daerah pulau kumala dapat berjalan dengan sukses dan sesuai rencana. Sehingga daerah pariwisata alam yang dikembangkan dapat menarik minat para wisatawan domestic ataupun mancanegara yang bisa mengasilkan devisa Negara.


2.      SARAN
Dalam melakukan pengembangan ekologi pariwisata di suatu daerah hendaknya kita melakukan setiap langkah dan peraturan dalam pengembangan ekowisata dengan baik agar pengembangan ekowisata tersebut tidak menimbulkan dampak yang tidak baik bagi lingkunagn alam sekitar kita.
Daftar Pustaka

2011